Rabu, 27 April 2011

Acidimetri - Laporan Praktikum Kimia Farmasi

ACIDIMETRI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN DENGAN TITRASI ASIDIMETRI TUJUAN PERCOBAAN praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat. DASAR TEORI Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa) Prinsip Titrasi Asam basa Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titran ataupun titrat. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrat dan titran tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrat volume dan konsentrasi titran maka kita bisa menghitung kadar titrat. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa. 1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrat untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”. 2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrat sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan. Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Rumus Umum Titrasi Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut: mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai: NxV asam = NxV basa Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi: nxMxV asam = nxVxM basa keterangan : N = Normalitas V = Volume M = Molaritas n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa) Pembuatan Larutan Baku Dan Standardisasi Sudah dikemukakan bahwa dalam titrasi analit direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Bila prereaksi dipergunakan dalam bentuk padat,maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Ini berarti bahwa zat tersebut harus sangat murni. Sebaliknya bila pereaksi dipergunakan dalam bentuk larutan, maka dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat kedua-duanya. Volume yang tepat relatif mudah diketahui(diukur dengan buret atau pipet); untuk mengetahui konsentrasinya yang tepat, maka berat zat yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi juga harus diketahui dengan tepat. Jadi tetap ada kebutuhan mengetahui berat yang tepat dari pereaksi tersebut dan seperti disebutkan diatas zat tersebut harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi. Dapat juga dipakai titrasi asal tersedia suatu larutan yang diketahui konsentrasinya. Untuk standardisasi secara titrasi ini, maka bahan penstandardisasi haruslah suatu bahan baku primer yaitu suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan yang dilarutkan dan volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari bahan baku primer tersebut dinamakan „larutan baku primer“. Karena titrasi merupakan jalan yang paling sederhana untuk standardisasi, maka penting untuk mengetahui sifat-sifat atau syarat-syarat yang diperlukan untuk bahan baku primer yaitu: Sangat murni, atau mudah dimurnikan, mudah diperoleh dan dikeringkan Mudah diperiksa kemurniannya (mengetahui macam dan jumlah pengotornya) Stabil dalam keadaan biasa, setidak-tidaknya selama ditimbang Sedapat mungkin mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk mengurangi kesalahanpenimbangan Dalam titrasi akan bereaksi menurut syarat-syarat reaksi titrasi. Macam bahan baku primer dengan sendirinya berbeda menurut macam titrasinya.Bahan baku primer yang betul-betul baik tidak banyak jumlahnya karena syarat-syarat diatas cukup berat. ALAT DAN BAHAN Alat Botol semprot,pengaduk,Erlenmeyer 250ml 3 buah,pipet tetes,pipet gondok 10ml,propipet,labu ukur 100ml dan 50ml.corong,gelas arloji,buret,penyangga buret, timbangan digital.gelas beker 100ml dan 250ml. Bahan Akuadest,NaHCO3,Na2B4O7.indikator MO PROSEDUR KERJA Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida 100ml memipet 0,9 ml asam klorida pekat dalam lemari asam,kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur(ukuran100ml) yang sebelumnya terisi aquades 50ml,setelah di masukkan ke dalam labu,kemudian di tambahkan lagi aquadest sampai tanda pada labu ukur. goyang-goyang larutan tersebut hingga homogen. standarisasi larutan HCl dengan Na2B4O7.10H2O menimbang gelas arloji menset ulang timbangan menimbang 0,5 gram natrium tetraborat murni dengan gelas arloji tersebut memasukkannya kedalam gelas beker yang sebelumnya terisi sedikit aquadest,dan membilas gelas arloji tersebut dengan aquadest 2 kali dengan botol semprot. Aduk hingga homogen. Memasukkan larutan dalam gelas beker tersebut kadalam labu ukur 50ml,tambahkan aquadest hingga tanda pada labu ukur. Goyang hingga homogen. Memipet larutan titraborat sebanyak 10ml dengan pipet ngondok(ukuran10ml) hingga tanda,dan memasukkan ke dalam erlenmeyer,dan menembahkan indicator MO 2 tetes.hal ini kami ulangi 2 kali. Mentitrasi larutan tersebut dengan HCl hingga berubah warna menjadi merah muda.dan tindakan ini kami ulangi 2 kali. Mencatat hasil pengamatan titrasi tesebut,dan merata-rata hasilnya. Penetapan kadar NaHCO3 dengan bantuan indicator MO Menimbang gelas arloji Menset ulang timbangan Menimbang 0,25 gram natrium bikarbonat dengangelas arloji tersebut. Memasukkanya ke dalam gelas beker yang sebelumnya terisi sedikit aquadest,dan membilas gelas arloji tersebut dengan aquadest dalam botol semprot sebanyak 2 kali. Aduk hingga homogeny Memasukkanya kedalam labu ukur(ukuran 50ml) dan menambah aquadest sampai tanda. Memipet larutan tersebut 10ml dengan pipet gondok(ukuran 10ml) dan memasukkanya ke dalam Erlenmeyer. Menambahkan indicator MO 2 tetes Mentitrasi larutan tersebut dengan HCl sampai warnanya berubah dari orange menjadi merah muda dan mencatat hasil dari titrasi tersebut…tindakan 7,8,9 di ulang 2 kali. Merata-rata hasil dari pengamatan HASIL PENGAMATAN Pengamatan pengenceran HCl Memasukkan sedikit akuadest ke dalam labu ukur,kemudian memipet HCl sebanyak 0,9ml dalam lemari asam kadalam labu ukur dan menggoyang-goyangnya hingga homogen. Pengamatan standarisasi HCl dengan Na2B4O7.10H2O Pada saat titrasi I perubahan warna terjadi, membutuhkan volume HCl 4,7 ml.dan pada saat titrasi II perubahan warna terjadi membutuhkan volume HCl 4,7 ml. dengan demikian hasil volume rata-rata volume HCl yang di butuhkan dalam titrasi (4,7+4,7)/2 ∶4,7ml Pengamatan titrasi Natriun bikarbonat Pada saat titrasi I perubahan warna terjadi,membutuhkan volume HCl 12,3 ml.dan pada saat titrasi II perubahan warna terjadi,membutuhkan volume HCl 8,7 ml.sehingga hasil rata-rata volume HCl yang di gunakan dalam titrasi tersebut (12,3+8,7)/2 ∶10,5 ml Perhitungan konsentrasi borak N borak : n x M : n x (gr borak/Mr)/(volume(liter)) : 2 x (0,525/381,37)/0.05 : 0,0549 Perhitungan konsentrasi larutan HCl (V x N)HCl : (V x N) borak 4,7 x N : 0,0549 x 10 N :0,549/4,7 : 0,1168 Perhitungan prosentasi NaHCO3 %NaHCO3 : (V(HCl)x N(HCl)x BE(NaHCO3 ))/(berat NaHCO3 ) x 100% : (10,5 x 0,1168 x 84,81)/250 x 100% : 41% PEMBAHASAN Pembuatan Larutan HCl Pada proses pembuatan larutan HCl, dengan menambahkan akuadest ke dalam labu ukur yang sebelum HCl tersebut di masukkan ke dalam labu ukur,labu tersebut terisi sedikit akuadest untuk mengurangi reaksi eksotermis(panas) yang akan terjadi.dan pada saat memipet, pipet kami miringkan 45ยบ dan menempelkanya pada labu untuk mengurangi terjadinya percikan.setelah itu di tambahkan akuadest sampai pada titik tera, dan kemudian mengocoknya sampai homogen, standarisasi larutan HCl dengan Na2B4O7.10H2O pada saat memasukkan serbuk Na2B4O7 kedalam gelas beker gelas arloji tersebut harus di bilas sebanyak 2 kali untuk menghindari serbuk yang telah di timbang tersebut menempel pada gelas arloji sehingga mempengaruhi gram yang masuk atau larut dalam akuadest.kemudian di masukkan ke dalam labu ukur baru di tambahkan akuadest hingga titik tera.lalu memipet 10ml dan di masukkan ke dalam Erlenmeyer setelah itu di tambahkan indicator MO dan mentitrasinya dengan HCl setelah terjadi perubahan warna menjadi merah muda sesegera mungkin kran buret di tutup.adapun reaksi yang terjadi: Na2B4O7.10H2O + 2 HCl → 4 H3BO3 + 2 NaCl + H2O penetapan kadar NaHCO3 dengan bantuan indicator MO penimbangan di butuhkan ketelitian dan ketepatan penggunaan timbangan karena alat ini sangat sensitive terhadap hasil timbangan,semisal antara di tutup dan tidak akan mempengaruhi hasil timbangan begitu juga ketika gelas arloji setelah di timbang di pegang dengan tangan secara langsung juga mempengaruhi hasilnya karena adanya minyak pada tangan menempel pada gelas arloji tersebut.dan pada saat memasukkan serbuk NaHCO3 kedalam gelas beker gelas arloji tersebut harus di bilas sebanyak 2 kali untuk menghindari serbuk yang telah di timbang tersebut menempel pada gelas arloji sehingga mempengaruhi gram yang masuk atau larut dalam akuadest.kemudian di masukkan ke dalam labu ukur baru di tambahkan akuadest hingga titik tera.lalu memipet 10ml dan di masukkan ke dalam Erlenmeyer setelah itu di tambahkan indicator MO dan mentitrasinya dengan HCl setelah terjadi perubahan warna merah muda sesegera mungkin kran buret di tutup.adapun reaksi yang terjadi: NaHCO3 + HCl → NaCl + H2O + CO2 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah : proses yang di gunakan dalam menentukan secara teliti konsentrasi larutan disebut standarisasi larutan Indicator yang di gunakan dalam titrasi menentukan perubahan warna yang terjadi,dengan menggunakan indicator yang sesuai maka sifat larutan tersebut dapat di ketahui. Hasil perhitungan didapatkan konsentrasi borak 0,0549 N Hasil perhitungan konsentrasi titrasi larutan HCl 0,1168 N Hasil perhitungan prosentasi NaHCO3 41%   DAFTAR PUSTAKA Titrasi asam-basa.www.google.com di akses tanggal 6 maret 2010 Sya’bani,Wahyu.2009.praktikum kimia analisis.yogyakarta:ATK Titrasi.www.google.com diakses tanggal 13 maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar